Kamu Patah Hati Sekaligus bahagiaku


Untukmu yang pernah menawarkan bahagia, selamat memulai petualangan baru. Tapi jangan melupakan aku ketika sudah lelah mencari, namun tidak juga kunjung kau temukan bahagia. Berbalik lah ke arahku. Karena di doa tengah malam ku, aku memaksa Tuhan agar kamu kembali.

Pada dasarnya semua orang pernah mengalaminya. Menyebut dia yang pernah ada, sebagai luka sekaligus bahagia. Bodoh dan terlalu klasik memang. Tapi Sungguh, pasti kamu pernah merasakannya bukan? Seseorang yang pernah membuat patah masih terasa debarnya di dada. Bahkan masih tidak ragu untuk di tunggu. Jika iya, kita sama. Debar yang masih ada pun terkadang ingin terus bertanya-tanya, ada apa? Kenapa meninggalkan? Apa kamu tidak bahagia? Apa kesalahan ku?

"Ada aku yang mengingatmu tanpa pernah alfa bahkan lebih dari sebuah keharusan."

Menjadi patah tentu tidak menyenangkan, bahkan hari-hari terasa pilu. Terlebih lagi kesendirian membuat otak dan hati tidak bisa beriringan untuk menolakmu. Jika waktu bisa di ulang ke tempat saat kita bertemu, aku ingin sekali lagi memastikan. Berhati-hati. Menelaah lagi soal kedatanganmu, apakah datangnya hanya untuk singgah atau menetap.
Jika menetap akulah rumahmu. Cukup aku saja.
Jika singgah biarkan aku menyebutmu patah hati sekaligus bahagiaku.
Asal kamu tahu saja, setiap malam datang seisi kamarku selalu penuh dengan ingatan tentang kamu. Ingatan soal kebahagiaan. Yang datang saat rindu itu bergejolak. Menertawakan ketika ada hal konyol di depan mata. Lari yang sibuk menghangatkan untuk pelukan. Biar semua sudah berlalu, aku menikmatinya. Ah sial, aku jadi rindu kata-kata kita dan panggilan sayangmu terhadapku. Mengingatmu itu membuatku lebih hangat. Bahkan tanpa sadar air mata juga ikut menemani.

Kamu;
"Melupalah untuk hal-hal yang menyakitkan. Karena bahagiamu tidak bergantung dengan yang meninggalkan."

Aku;
"Santai saja. Terluka sudah menjadi rutinitas ku. Jadi biarkan aku menjadi seseorang yang mengakrabi kenangan." 

TANPA


Menjauh adalah caraku untuk baik-baik saja.  Membiarkan apa yang pernah dekat tiba-tiba menjadi berlalu, tentu tidak mudah. Tapi itu keharusan. Aku ingat satu hal, diantaranya adalah kamu yang meyakinkan aku agar tetap berjuang bersamamu. Lantas nyatanya itu hanya ilusi.

KENANGAN


Terkadang tanpa sadar kita pernah sesekali mengingat-ingat apa yang seharusnya tidak perlu di ingat. Soal bagaimana pertemuan itu terjadi, soal tawa yang pernah menghampiri bersama, soal tangis yang kemudian tenang bersama pelukmu, padahal niatku satu yaitu melupakan segalamu.

Menjadi Kuatlah


Menjadi kuatlah jika pada akhirnya nanti yang bersamamu saat ini tidak benar-benar memilihmu sebagai masa depannya.
Kita tidak benar-benar tahu siapa yang akan menjadi pemenang pada setiap hati. Jika benar-benar kamu, aku bersyukur karena semesta dan Sang Pencipta mengamini segala doaku.

Tentang Jarak

https://unsplash.com

Jarak yang paling jauh adalah ketika kamu dan aku sudah menuju lupa. Hal-hal mengenai "kita" sudah mulai terasingkan. Sedikit demi sedikit terkikis seperti ombak yang menerjang batu karangnya. Jauh dari kata jarak, pernah ada harapan yang erat di genggam kuat. Dengan kamu dan aku, bertemu lalu menuju yang menjadi keinginan kita saja.

Cara Tuhan ialah Sebaik-baiknya Ridho dan Takdir

Aku percaya tidak ada hal yang sia-sia meskipun hanya terbentuk sebagai kenangan. Jujur aku sangat menikmati tiap waktu bahkan saat waktu awal pertemuan itu, rasanya seperti, ada yang pernah hilang lalu lanjut bersemi berganti dengan datangnya kamu. Tanpa perlu khawatir aku kehilanganmu, ku namai kamu dengan "bismillah". Aku bahagia, benar-benar bahagia.
Hari demi hari aku merasa cukup dengan adanya kamu. Bahkan rasa itu semakin hari semakin menjadi. Entah rasa takut kehilangan karena sudah begitu terlalu mencintaimu atau bahkan karena aku yang terlalu bodoh untuk mencintaimu tanpa perlu hati-hati.

"Aku mencintaimu dengan sepenuh hati, kau mencintaiku dengan berat hati".

Sampai tibalah dimana waktu perpisahan itu datang. Aku selalu membenci sebuah perpisahan, karena bagiku, berpisah membutuhkan persiapan. Persiapan kehilangan, persiapan sakit hati, persiapan melupakan, persiapan mengikhlaskanmu dan persiapan-persiapan lainnya yang masih dalam bayanganku.

"Untuk mengabaikanmu saja aku tidak bisa, bagaimana untuk berpisah, pun aku tidak sanggup".

Sudah kehendak Tuhan sepertinya, tiap langkahku untuk mencintai seseorang harus terlanjur menjadi hak orang lain. Jadi itulah yang di namakan "jagain jodoh orang" ah, tapi sayang aku tidak bisa menjagamu baik-baik.

"Terkadang mencintai bisa berbentuk nafsu jika tidak saling mengingatkan atau menjaga. Rugilah kamu".

Tapi mungkin memang sebaiknya kita tidak menyatu, agak aku bisa belajar bahwa sebaik-baiknya mencintai ialah dengan ridhoNya. Bahwa sebaik-baiknya aku adalah dengan tidak terlalu berharap pada ciptaanNya.
Aku berdoa, semoga tidak ada rasa yang harus tersakiti lagi, baik dengan kamu yang memilih ataupun orang lain yang memilihmu.

"Cukup dengan kamu mematahkan segala harapanku denganmu saja. Jangan orang lain karena berakhir tanpa menjadi apa-apa itu sakit".

Terima kasih pernah sesingkat itu ada di kehidupanku. Bagiku ada tidak ada kamu di hati, di fikiraku tetap kamulah tuannya. Dan rindu itu masih perihal kamu bahkan harapan.

Selamat tinggal, selamat menemukan masa depan yang baik dan sesuai dengan harapanmu dan ridhoNya.


Aku yang begitu mencintaimu tapi harus kusudahi.

Flickr Images